Kamis, 10 April 2008

Perjalanan Lain

Aku terjaga pada suatu purnama. Malam yang penuh dengan desau rindu pada pujaanku, berbintang ribuan sesal akan fana-fana yang terlanjur kusembah tanpa nurani sadar betapa fatal kebodohan dan naif yang kujalani.

Aku menangis, aku takut, aku menyesali setiap sepi dan rinduku. Marahku, benciku, lelahku, pada dunia yang ronanya kuukir sendiri.
Tidak begitu indah karena memang aku bukan sekedar menorehkan catatan emas yang tertutup coretan-coretan kelam dosaku.

Hatiku tempat benciku,
marahku, lelahku, pentku, hingga teriak hianatku.
Hatiku letak cintaku,
rinduku, kasihku, sayangku,
hingga ambisiku.
Tak ingin bohong padanya,
Tapi khilafku, angkuhku, nanarku,
Terkadang membuatnya hanya menjadikan raja pada satu rasa,
Egoku...
Kucari kesejatian pengasih kodrat manusiawi
Dalam sujudku, ruku'ku, dan tasbihku,
Kugapai secercah kecil damai-Mu,
Begitu kecil hingga terkadang padam
akan api kebrengsekan sifat,
Dan dengan sekuat jiwa kucari lagi...
Dan kudapati lagi,
Aku tak ingin Dia pergi kali ini...

Selasa, 08 April 2008

Untuk Seorang Sahabat

Hidup ini terkadang lucu, Kita tidak akan bisa menentukan secara tepat untuk membuat hidup kita berjalan sesuai dengan apa yang kita inginkan. Tawa, canda, air mata, sedih, benci, cinta, dan segala emosi ada karena kita perlu belajar untuk menjadi manusia. Ya..!! Belajar untuk menjadi diri kita sendiri dan hidup di jalan terbaik yang bisa kita pilih. Kadang orang perlu bertindak bodoh untuk tahu bahwa ia bisa barbuat lebih pintar dari tindakan bodoh yang ia lakukan. Kadang orang perlu melihat penderitaan orang lain, untuk tahu betapa beruntung ia dengan apa yang ia miliki.

Dan kini aku tahu, apa yang kulakukan, semua hal yang kuanggap pantas untuk ku bela dan kuperjuangkan ternyata tak sebenar yang kukira. Mungkin aku salah, atau terlalu bodoh, dan mungkin sering berfikir terlalu naif tentang pengorbanan, kasih sayang, dan rasa setiakawan. Apakah ini juga salah satu proses belajar untuk menjadi manusia?

Hati adalah medan terluas yang kudapati untuk segala makna dan tempat untuk menafsirkan kata emosi. Tak akan bisa tertebak seberapa lapang dan sampai mana batas ia menerima segala kebingaran dunia. Mungkin tanpa sadar tersentuh juga sebuah hati, entah bagaimana awal mulanya hingga kadang pada akhirnya tercipta rasa sakit, kecewa, benci, dan putus asa. Tapi pada intinya adalah bagaimana hatiku dapat menyentuh hatimu tanpa akhir yang tidak kita inginkan. Dan pada kenyataannya kini, benarkah akhir itu telah sesuai dengan apa yang kita harapkan?

Setiap kali aku melihatmu, mengenang segala hal yang kita lakukan bersama, aku bagaikan menunggu hadirnya pelangi di malam purnama. Untuk bisa menggenggam erat kembali tanganmu, menangis sepuasnya di bahumu, dan bercanda bersamamu. Ah!!! Itu Cuma omong kosong tentang sebuah jiwa, tak perlu dikonotasikan dengan terlalu berbelit-belit karena sebenarnya maknanya begitu sederhana. Kemustahilan yang tak mungkin bisa tercipta dengan akal dangkal manusia. Tapi masih percayakah kita dengan kata keajaiban?? Akankah ia selalu ada layaknya dalam dongeng seribu satu malam?
Dan jikalau ia benar ada, masih bisakah hati pongah kita untuk menerimanya atau membuatnya hadir untuk kita?

Aku percaya seberkas pelangi akan hadir dalam gelap malam. Di puncaknya akan bertengger sang purnama yang dikelilingi oleh kerlip peri-peri malam.
Dan biarlah mata kita terbuka saat keajaiban itu tiba, meski hanya dalam hayalan, mimpi, dan asa.